Search

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Rabu, 10 Juni 2009

Sikap Positif

Belajar merupakan aktivitas multi inderawi. Ada faktor emosi yang berperan besar di dalamnya. Bahkan emosi merupakan faktor penentu keberhasilan belajar yang cukup besar.
Diawal, anak dikondisikan untuk merasa aman dan nyaman. Kondisi ini merupakan syarat terciptanya kemampuan belajar yang optimal. Anak tidak takut mengungkapkan rasa ingin tahunya, berani mencoba hal-hal baru tanpa ada beban takut salah, bertanya saat tidak tahu, dan berpendapat dengan penuh pertimbangan.
Apa yang orang perlukan ketika ragu-ragu? Sebenarnya tidak ada yang paling efektif menolongnya kecuali dirinya sendiri. Yang dapat menolongnya adalah keyakinan. Keyakinan bahwa apapun pilihannya, itu adalah sebuah keputusan yang harus diambil. Dengan demikian ia siap menerima apapun risikonya.
Keyakinan pulalah yang menjadi bahan bakar untuk bertahan dan mencapai kesuksesan. Banyak cerita sukses lahir dari sebuah keyakinan. Seorang atlet harus menerima kenyataan, 4 bulan menjelang olimpiade mendapat cedera saat latihan. Oleh dokter dinyatakan tidak akan pulih dalam waktu dekat. Pokoknya, peluang untuk ikut olimpiade sangat kecil, kalau tidak bisa dikatakan mustahil.
Lalu apa yang ia lakukan? Saat terbaring menunggu pulih dari cidera, ia selalu membayangkan dirinya sedang latihan di lintasan lari. Hal ini dilakukannya dengan penuh keyakinan bahwa ia tetap bisa menjaga kondisi dan meningkatkan kemampuaannya. Hasilnya? Iapun bisa ikut olimpiade dan memperoleh emas!
Tapi ini juga bukan berarti keyakinan adalah segala-galanya. Keyakinan akan menjadi faktor penentu kalau sebelumnya sudah ada bekal yang cukup. Sekali lagi, keyakinan adalah bahan bakar, yang tentu saja tidak berarti apa-apa kalau mesinnya tidak ada atau tidak kompatibel dalam usaha mencapai kesuksesan.
Saya akan membawa hal ini ke wilayah pembelajaran di sekolah. Adalah sangat penting menumbuhkan keyakinan pada anak. Yakin bahwa dirinya bisa, yakin bahwa apa yang akan dilakukan aman, yakin tidak akan dipermalukan, ditertawakan, atau dikatakan bodoh, yakin bahwa seluruh lingkungan akan mendukungnya.
Keyakinan ini akan menumbuhkan rasa aman, nyaman, dan percaya diri. Ketiga keadaan emosi inilah yang mendukung optimalnya proses belajar. Jadi merupakan suatu keharusan bagi seorang guru membuat anak merasa aman dan nyaman, serta menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Apa yang harusnya dilakukan seorang guru kalau ada seorang anak sedang mendapatkan masalah dalam menyelesaikan tugasnya? Misalnya belum memahami apa yang harus dikerjakan. Apakah guru akan memarahinya, atau mengatakan bahwa ia bodoh? Atau apakah seorang guru selalu memberikan instruksi dan teguran sepanjang waktu belajar sehingga anak merasa diperlakukan sebagai anak yang tidak paham? Atau mungkin guru selalu mengancam dengan berbagai hal dan membanding-bandingkan anak?
Semua tindakan tadi membuat suasana belajar tidak nyaman. Ada perasaan tertekan, takut, dan direndahkan. So, perasaan-perasaan itu mengikuti proses belajar. Akibatnya tentu saja anak harus bertarung dengan perasaan-perasaan negatif tersebut. Ini tentu saja mempengaruhi kualitas belajarnya. Belajar tidak menjadi tempat yang menyenangkan.
Di sisi lain, keyakinan harus selalu dipompakan pada diri anak. Cari dan nyatakan kemampuan anak secara lugas. Beri kesempatan kepada anak untuk menunjukkan kemampuannya, dalam bidang apapun. Sebaiknya guru tidak banyak bicara sehingga anak mempunyai kesempatan untuk tampil. Kritik juga tidak diberikan saat anak sedang bekerja.