Ya, kita memang harus tahu kemana kita akan melangkah. Arah yang kita tuju sudah jelas. Betapa sia-sianya kalau kita gesit bergerak kemana kemari, berlari cepat kesana dan kesini, tapi kita nggak punya tujuan akhir. Apa sebenarnya yang dicari? Cape bukan main yang akan kita dapati.
Saya jadi teringat cerita ini, entah darimana saya mendapatkannya. Ceritanya begini.... Di sebuah hutan tropis pada suatu siang tampak dua ekor tupai, sebut saja Kiki dan Koko sedang menikmati makan siangnya. Di tengah asyiknya menikmati santapannya, mereka dikejutkan oleh sesuatu yang bergerak-gerak di semak belukar. Sejenak Koko dan Kiki menghentikan makannya, memperhatikan dengan penuh kewaspadaan. Menunggu apa yang akan keluar dari semak-semak.
“Ada yang mau ikut paket wisata jalan-jalan di hutan bersamaku?” tanya kura-kura yang muncul dari semak-semak. “Kalian cukup memberiku beberapa helai daun muda saja.” Koko dan Kiki berpandangan. Keduanya diam, nggak tahu harus menjawab apa. Jalan-jalan di hutan? Kan setiap hari juga ada di hutan. Bareng kura-kura? Kan jalannya lambat, pasti akan lama dan membosankan. Ah, nggak rame! Itulah yang sedang dipikirkan kedua tupai itu.
Sebenarnya tanpa harus ikut paket wisata, Koko dan Kiki bersedia mengambilkan beberapa daun muda untuk kura-kura. Tentu saja itu bukan hal yang susah bagi mereka. Tapi demi mejaga perasaan kura-kura yang menwarkan jasanya, Koko dan Kiki akhirnya bersedia ikut paket wisata kura-kura.
Perjalanan dimulai. ”Coba lihat, kuncup bunga ini sudah keluar. Indah kan?” kata kura-kura.”Sebentar lagi pasti akan mekar.” Kuncup bunga? Emang indah, sih. Tapi Koko dan Kiki kan sudah sangat biasa melihat bermacam-macam bunag yang indah di hutan. ”Oh, iya. Indha sekali” Koko dan Kiki pura-pura kagum.
”Nah, sekarang bunganya sudah mekar.” kata kura-kura. Ya, benar bunga itu kini sudah mekar. Bunga mekar tentu saja bukan barang aneh bagi Koko dan Kiki, mereka setiap hari melihat keindahannya. Tapi kali ini beda. Lebih indah, mengapa? Karena mereka bisa memperhatikan perubahan dari bunga yang masih kuncup menjadi bunga yang mekar. Sungguh luar biasa, baru sekali ini mereka mengalaminya. Sebelumnya bunga mekar merupakan hal yang biasa karena mereka melihat selintas dan menikmati hasilnya saja, yaitu bunga yang mekar. Ternyata ada yang lebih mengagumkan dari keindahan bunga yang mekar.
Perjalanan selanjutnya juga sangat berkesan. Koko dan Kiki benar-benar menikmatinya. Mengamati barisan semut, tikus yang membuat lobang, dan lainnya. Hingga akhirnya selesailah wisata tersebut.
Ini yang sering kita lupakan. Dengan beragam alasan dan tuntutan, kita hanya membelajarkan fenomena. Seperti halnya Koko dan Kiki, kita selalu melihat pada hasil. Bunga itu mekar dan indah, ini adalah hasil. Selalu yang kita perhatikan adalah hal tersebut. Karena kita ingin materi pembelajaran cepat selesai. Yang penting faktanya sudah dikasih tahu ke anak, anak bisa menjadi soal ulangan atau ujian. Beres.
Ya, benar. Bereslah semua urusan, karena kita sudah tidak peduli pada proses. Yang penting kita nyampe. Materi sudah selesai. Seperti kata Newcomber, buat apa kita sampai di suatu tempat kalau kita tidak tahu buat apa kita ada di sana?
Sudah bukan saatnya lagi kita mengedepankan ’apa’nya. Jauh lebih penting kita mengajarkan ’bagaimana’. Pilihannya adalah memberikan banyak hal tapi kurang berarti, atau memberikan lebih sedkit hal tapi banyak arti? Semua terserah anda.