Search

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Selasa, 25 Januari 2011

Menuju Guru Efektif

Sebagai seorang guru, apakah Anda memerintah, mengatur, dan memimpin anak-anak, murid-murid Anda? Kalau memerintah, artinya Anda adalah penguasa, orang yang menguasai mereka. Kalau Anda mengatur berarti kesempatan anak-anak menjadi manajer bagi dirinya sendiri berkurang. Kalau Anda memimpin, kapan anak menjadi leader?
Penjungkirbalikan perlu dilakukan. Bukan untuk membuat pusing, tapi untuk mendapatkan sudut pandang baru. Langkah-langkah yang kita tempuh tidak selalu menguatkan. Lebih sering membuat kita jengah, lengah. Saat itulah kita butuh penyegaran.
Memandang dari sisi yang berbeda menghasilkan keterkejutan karena hasil bidiknya yang tidak biasa. Kalau biasa memerintah, cobalah mengajak murid-murid Anda. Maka Anda akan dikejutkan betapa lebih antusiasnya mereka. Kenapa? Karena mereka, murid-murid Anda merasakan ada medan keakraban yang anda pancarkan. Medan keakraban ini membuat mereka nyaman.
Bagaimana kalau biasa mengatur? Cobalah bebaskan mereka, berilah kepercayaan. Buka pintu kesempatan selebar-lebarnya bagi alternatif kegiatan dan cara bekerja. Kejutan apa yang akan Anda dapat? Anda akan melihat betapa kreatifnya murid-murid Anda. Anda mungkin tidak menyangka betapa kaya mereka dengan ide-ide yang selama ini terkekang karena banyaknya aturan. Selanjutnya Anda akan menjadi saksi tumbuhnya rasa percaya diri dan sikap positif. Buah kepercayaan yang Anda berikan adalah berkembangnya diri dan kemampuan mereka.
Selanjutnya, kalau tidak memimpin anak-anak, apa yang harus dilakukan? Anda tidak harus selalu di depan. Berilah kesempatan lebih banyak kepada anak-anak untuk memimpin. Lebih baik Anda sering-sering berada di tengah dan di belakang. Ketika di tengah, saat itulah Anda menjadi seorang motivator yang menyulut api semangat sehingga berkobar menyala-nyala. Waktu berada di belakang, Anda mempunyai ruang pandang yang lebih luas. Anda bisa memonitor aktivitas dengan lebih baik. Saatnya Anda menjadi pengamat yang mampu memberi masukan positif dan konstruktif.
Sebagai guru, Anda mempunyai peran mengembangkan keahlian, bukan mematikan potensi. Menjadi dominan di kelas bukanlah sebuah cara tepat untuk memainkan peran tersebut. Sudah saatnya guru melihat lagi posisinya.
Dalam tataran aktivitas mengajar, banyaklah bergerak. Berdirilah dalam posisi yang menyatakan Anda adalah pribadi yang percaya diri. Melangkahlah untuk menarik perhatian. Gerakkan tangan untuk membangkitkan motivasi. Pilih kata-kata pembakar energi potensial mereka.
Lalu bawakan materi pelajaran dengan mengedepankan kemampuan berpikir. Jangan langsung membebani anak dengan hafalan. Beri mereka kesempatan mengembangkan kemampuan bernalar dan memecahkan masalah. Ajarkan anak mendekatkan materi yang dipelajari dengan pengalaman diri dan kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik, dan aspek kehidupan lainnya yang ada di sekelilingnya.
Kunci sukses lain untuk menjadi guru yang efektif adalah memberi kesempatan yang lebih banyak kepada anak. Tidak perlu langsung mengambil alih kalau anak melakukan kesalahan. Tidak juga langsung menunjukkan yang benar. Biarkan anak mengetahui hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan supaya tidak menemukan kegagalan. Ketika Thomas Alva Edison berulangkali ‘gagal’ dalam percobaannya, ia tidak menyebutkan gagal. Thomas Alva Edison mengatakan telah menemukan banyak cara agar tidak gagal membuat lampu, dan hanya satu cara agar berhasil.
Kalau Anda belum biasa melakukannya, mulailah dari sekarang. Sekarang juga, jangan ditunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar