Search

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Selasa, 25 Januari 2011

Sekolah Sendal Jepit

Sendal jepit, biasanya sih dipakai di kamar mandi. Lalu bagaimana kalau ada sekolah sendal jepit? Tentu saja bukan maksudnya ada sendal jepit yang sekolah.
Sekolah ini sebenarnya sama saja dengan sekolah yang lainnya. Ada bangunan gedungnya, ada ruang kelas dengan meja-kursi dan whiteboard-nya, ada guru-guru yang semuanya sarjana, dan ada hal-hal lain sewajarnya sekolah. Sekali lagi, sekolah ini sama dengan sekolah lainnya.
Tapi tidak semuanya sama, kok. “Dari TK mana, Dik?” pertanyaan ini sering terdengar ketika anak-anak dari sekolah ini sedang mengadakan perjalanan keluar. Bukan karena tubuh yang mungil, tapi bajunya yang tak seragam membuat orang langsung mengambil kesimpulan bahwa ini adalah rombongan TK, padahal mereka anak SD.
Tidak berseragam, sekolah macam apa? Ya, sekolah semacam ini, Sekolah Sendal Jepit. Bisa saja seragam dianggap sebagai identitas, tapi bukankah tidak berseragam juga menunjukkan identitas? Seragam sekolah hanya menunjukkan identitas sekolah, sedangkan pergi ke sekolah dengan tidak berseragam menunjukkan identitas pribadi.
Dengan berseragam bisa saja tidak terlalu kentara strata sosialnya, sehingga mungkin ada kesetaraan. Meskipun juga terlihat ada yang baju seragamnya halus dan harum, ada pula yang kucel dan kusam karena selama seminggu dipakai ke sekolah.
Sedangkan di Sekolah Sendal Jepit yang tak berseragam ini, anak-anak setiap hari bisa memilih baju yang ia pakai. Hebatnya lagi, ternyata tidak ada yang berlomba-lomba mengenakan baju paling bagus. Tidak ada persaingan baju mahal. Ternyata dalam ketidak seragaman terjadi kesetaraan.
Ini baru tampilan luarnya, baru bajunya saja. By the way, disebut Sekolah Sendal Jepit karena memang banyak sandal jepit di sekolah ini. Alas kaki tidak dipakai saat masuk ruangan, jadi yang praktis , ya menyimpan sandal jepit di sekolah. Yang lebih heboh lagi, beberapa anak memakai sendal jepit dari rumah. Artinya mereka memang bersendal jepit pergi dan pulang sekolah. Lho, kok?
Bisa saja hal tersebut dipandang kurang pantas, tapi justru dihargai di sekolah ini. Walah. Ketika memutuskan memakai sandal jepit tentu anak sudah punya pertimbangan. Dan ini bukan hal yang mudah. Memakai sandal jepit ke sekolah itu tidak lumrah, bertentangan dengan kebiasaan. Kalau tidak kuat mental tentu tidak akan berhasil melakukannya. Ini yang dihargai, keputusan anak dan keberaniannya. Masalah lainnya bisa diselesaikan sering perjalanan waktu.
Dari sisi pembahasan yang lebih kontemplatif, Sekolah Sendal Jepit hanya ibarat saja. Sendal jepit itu praktis, tidak ribet memakainya. Begitu juga sekolah, harusnya tidak membuang-buang waktu dengan urusan yang rumit. Belajar dengan tidak menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak menambah keterampilan dan mengembangkan potensi. Sekolah seharusnya membuat anak mampu belajar, bukan mengajari anak. Praktis.
Sendal jepit dipakai oleh semua lapisan. Inklusif. Sekolah melayani anak dari berbagai latar belakang sosial, budaya, bakat, dan potensi. Sendal jepit biasa dibawa kemana pun. Ia menjelajahi banyak hal dan tempat. Sekolah menyediakan kegiatan yang eksploratif. Anak melakukan banyak hal dan mendapat banyak pengalaman.
Pernahkah Anda melihat sendal jepit, tepatnya bekas sendal jepit, dipakai mainan? Jadi roda mobil-mobilan, misalnya. Atau dijadikan rem oleh tukang becak? Mungkin juga dijadikan pengganjal. Yang jelas, ketika rusak pun, sendal jepit masih bisa dimanfaatkan. Begitu pun belajar. Seharusnya tidak ada yang terbuang sia-sia. Materinya memang dibutuhkan anak, proses belajarnya memberdayakan, metode yang dipakai membuat anak semakin terampil dan menguasai banyak kemampuan.
Bukanlah belajar kalau ternyata memperdaya anak. Akan terbuang sia-sia jika materinya jauh dari yang dibutuhkan anak. Tidak berguna bila metode yang dipakai adalah cara-cara praktis, konsep ditinggalkan. Tanyalah diri kita sendiri, berapa persen pengetahuan yang kita pelajari di sekolah yang masih kita gunakan sampai sekarang? Untunglah ada sekolah Sendal Jepit. Tidak ada yang terbuang, apapun kondisinya tetap bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar